Senin, 01 September 2008

Percampuran 3-4 budaya...menarik ya

Prosesi Pernikahan
Betawi-Jawa + Padang-Jawa ( pernikahan antar budaya) menarik untuk dibaca
Karena dorongan dari rasa keingintahuan yg lumayan hehehe akhirnya gw coba browsing & mengumpulkan informasi ini disini... syapa tau temen2 ad yg butuh kan jadi bisa membantu juga hehehe...


(Betawi -Jawa) knp? karena kebetulan Cami (Calon Suami) Papanya Betawi- Mamanya Jawa. Nah klo Mama kita ini kebetulan sama2 berasal dari Blora... dunia sempit ya... Jadilah timbul rasa ingin tau mengenai adat/ prosesi pernikahan adat betawi... tapi sepertinya "ONDEL-ONDEL" agak mengerikan ya, soalnya gw takut sm badut hehehe.
Betawi

PROSESI ADAT BETAWI












Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa, nama Jakarta tempo dulu, disinggahi oleh berbagai suku bangsa.

Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa, Melayu dan sebagainya seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi yang kita kenal kini. Singkat kata, tradisi budaya Betawi laksana ‘campursari’ dari beragam budaya dan elemen etnik masa silam yang secara utuh menjadi budaya Betawi kini.

Suku Betawi sangat mencintai kesenian, salah satu ciri khas kesenian mereka yaitu Tanjidor yang dilatar belakangi dari budaya belanda, selain itu betawi memiliki kesenian keroncong tugu yang dilatar belakangi dari budaya Portugis-Arab, kesenian gambang kromong yang dilatar belakangi dari budaya cina. Selain kesenian yang selalu ditampilkan dengan penuh kemeriahan, tata cara pernikahan budaya betawi juga sangat meriah.

Untuk adat prosesi pernikahan betawi, ada banyak serangkaian prosesi.
Didahului masa perkenalan melalui “Mak Comblang”. Dilanjutkan lamaran, pingitan, upacara siraman. Prosesi potong cuntung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Kemudian dilanjutkan dengan malam pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar. Puncak adat betawi adalah Akad nikah.

Tradisi Meriah
Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana menggunakan bahasa arab).


Mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing yang merupakan ciri khas keluarga betawi dari Tanah Abang. hehehe lucu ya

Sesampainya didepan rumah terlebih dulu diadakan prosesi “Buka Palang Pintu”, berupa berbalas pantun dan Adu Silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.

Prosesi Akad Nikah
Pada saat akad nikah, rombongan mempelai pria memberikan hantaran berupa :
1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang artinya segala pahit, getir, dan manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami dan istri.


2. Maket Mesjid, maksudnya adalah agar mempelai wanita tidak lupa akan kewajibannya kepada agama dan harus menjalani shalat serta mengaji.
Kekudung, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan sebagainya.


3. Mahar atau mas kawin dari pihak pria untuk diberikan kepada mempelai wanita.
Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-sama.


4. Petise yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misal : wortel, kentang, bihun, buncis dan sebagainya.

Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Yang kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Selanjutnya, kedua pengantin dinaikkan ke dalam sebuah delman yang sudah dihias dengan masing-masing seorang pengiring. Delman tersebut ditutupi dengan kain pelekat hitam sehingga tidak kelihatan dari luar. Akan tetapi, dengan kain pelekat hitam yang ditempelkan pada delman, maka orang-orang mengetahui bahwa ada pengantin yang akan pergi ke penghulu.


Pernikahan
Pada hari pesta pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian kebesaran pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan.
(sumber : dari berbagai sumber)
ani.nurdwiyanti@swaberita.com




ADAT JAWA - SURAKARTA (SOLO)

Berfoto sm Rieka hehehe kebetulan paesnya solo, gpp buat contoh ya Rik', btw paes itu bisa buat jadi pangling banget ya...


Diawali dengan Lamaran:
LamaranKeluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka.

Pada acara ini, kedua keluarga jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah yang biasanya menentukan jenis pernikahannya:

Jenis Pernikahan ada 2:
* Paes Agung yaitu pernikahan agung

* Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana

Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan pernikahan.

Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes yang mewakili mempelai perempuan.

Pemaes atau juru rias ini antara lain bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang akan dilangsungkan:

* makanan dan minuman yang akan disajikan

* tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta

* pembawa acara (emcee) yang akan diundang

* acara Siraman

* acara Ijab dan saksi-saksinya

* kata sambutan

* keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi

* sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya

* dekorasi tempat pernikahan

Hal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah acara Ijab upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan sebagai suami dan istri yang sah.


Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi Tarub atau janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan:

* 2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).

* Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.

* Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.

* Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.

Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggihUpacara SiramanAcara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga.

Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh)- biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi.

hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai:
* Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air.

* Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, yang ditaruh di air.

* Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.

* Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merang, santan, dan air asam Jawa.

* Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.

* Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.


* Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.

* Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.

* Kendi.


* SesajianSesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian: (Tp Klo sekarang untuk mempermudah biasanya sesaji ini tidak digunakan, kecuali adat jawa yg lengkap sekali, jadi boleh digunakan boleh juga tdk kembali lg tergantung dari rembukan& kesepakatan keluarga)

* Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan-hiasan.

* Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.


* Makanan seperti ayam, tahu, telur.


* Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.

* Kelapan muda.

* Tujuh macam bubur.


* Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.

* Seekor ayam jago

* Lampu lentera

* Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).

Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:

* Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orangtuanya masing-masing.

* Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya.

* Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.

* Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.

* Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.

* Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali.

* Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.

* Setelah orangtua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting.

* Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik).

* Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan.

* Sang pengantin akan mengenakan baju batik kemudian diiringi kembali ke kamar pengantin dan bersiap siap untuk acara MidodarenPecah KendiKendi yang digunakan untuk siraman diambil.

Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah Pamore" - artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.

Pangkas Rikmo lan Tanam RikmoAcara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang.


NgerikSetelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.

Gendhongan Kedua orangtua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anakDodol DhawetKedua orangtua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang.

Temu Panggih Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan.Penyerahan CikalSebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu apapun.Penyerahan Jago KisohSebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.


Tukar Manuk Cengkir Gading Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat

Upacara Midodaren Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman.


Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari.

Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.

Peningsetan Peningsetan yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah

* Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan.

* Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan.

* Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan.

* Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan

* Buah-buahan, mendoakan kesehatan.

* Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari.

* Sepasang cincin untuk kedua mempelai.

* Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan.

Acara ini disebut juga acara serah-serahan - bisa diartikan sang calon mempelai perempuan 'diserahkan' kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan.

Nah yg paling penting pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan.

Sesajian untuk upacara midodaren:

* Nasi dimasak dengan santan.

* Ayam inkung yang telah dimasak

* Bumbu sayuran

* Kembang telon

* Teh dan kopi pahit

* Minuman kelapa muda dengan gula kelapa

* Lampu lentera yang dinyalakan

* Pisang Raja

* Kembang setaman

* Lemper, kue

Barang-barang yang ditaruh di kamar pengantin:

* Satu set Kembar Mayang.

* Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dll, dan ditutupi kain batik
* Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap serep.
* Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur.

* Suruh Ayu

* Kacang

* Tujuh macam kain tradisional.

Makanan sesajian dapat dikeluarkan dari kamar setelah tengah malam. Sanak keluarga dan para tamu dapat memakannya. Pada jaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas.

Nyantri Selama acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau anggota keluarga.

Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar dan godaan.

Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orangtuanya akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar dari rumah dan pulang, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan Nyantri. Nyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan acara-acara lainnya.

Upacara IjabIjab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin.

Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan.

Upacara Panggih / TemuPada upacara ini kembar mayang akan dibawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat.

Kembar mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Dekorasi ini memiliki makna yang luas:

* Berbentuk seperti gunung, tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan sabar.

* Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka.* Hiasan menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia.

* Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka.* Hiasan menyerupai belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka.* Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.

* Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain.* Daun kruton, melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat.

* Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala).

* Bunga Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang.Sebagai hiasan, sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri tempat duduk pengantin selama resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya digunakan jika pasangan pengantin belum pernah menikah sebelumnya.

Setelah itu pengantin laki-laki (dengan ditemani kerabat dekatnya (orang tuanya tidak boleh menemaninya dalam acara ini) tiba di depan gerbang rumah pengantin perempuan dan pengantin perempuan keluar dari kamar pengantin dengan diapit oleh dua orang tetua perempuan dan diikuti dengan orangtua dan keluarganya.

Di depannya dua anak perempuan (yang disebut Patah) berjalan dan dua remaja laki-laki berjalan membawa kembar mayang dan kemudian melanjutkan upacara dengan melakukan

beberapa ritual:

Balangan Suruh Pada saat jarak mereka sekitar tiga meter, mereka saling melempar tujuh bungusan yang berisi daun sirih, jeruk, yang ditali dengan benang putih. Mereka melempar dengan penuh semangat dan tertawa.

Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. (hehehe lucu ya). Selain itu ritual ini juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.

Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah dengan kaki kanan, kemudian pengantin perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya dan istri yang taat melayani suaminya

Pupuk Ibu pengantin perempuan yang mengusap pengantin laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.

Sindur Binayang Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin perempuan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu memberikan dukungan moral.

Timbang / Pangkon Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini pasangan pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin perempuan, dan sang ayah akan berkata bahwa berat mereka sama, berarti bahwa cinta mereka sama-sama kuat dan juga sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

Tanem Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan pengantin di kursi pengantin sebagai tanda merestui pernikahan mereka dan memberikan berkat.

Tukar Kalpika Mula-mula, pengantin pria meninggalkan kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki keluarga (saudara laki-laki dan paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati terpilih untuk berperan sebagai kepala rombongan.Pada waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria.

Sekarang kedua pengantin duduk di meja dengan wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling menukarkan cincin sebagai tanda cinta.

Kacar-kucur / Tampa Kaya / Tandur Dengan bantuan Pemaes, pasangan pengantin berjalan dengan memegang jari kelingking pasangannya, ke tempat ritual kacar-kucur atau tampa kaya. Pengantin pria akan menuangkan kacang kedelai, kacang tanah, beras, jagung, beras ketan, bunga dan uang logam (jumlahnya harus genap) ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. Pengantin perempuan menerima hadiah ini dengan dibungkus kain putih yang ada di pangkuannya sebagai simbol istri yang baik dan peduli.

Dahar Klimah / Dahar Kembul / Dahar Walimah Kedua pengantin saling menyuapi nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama.

Pemaes akan memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan (berisi nasi kuning, telur goreng, kedelai, tempe, abon, dan hati ayam).

Pertama-tama, pengantin pria membuat tiga bulatan nasi dengan tangan kanannya dan menyuapkannya ke mulut pengantin perempuan. Setelah itu ganti pengantin perempuan yang menyuapi pengantin pria.

Setelah makan, mereka lalu minum teh manis.

Rujak DeganAcara pembuka untuk anak pertama, memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan artinya agar dalam pernikahan selalu sehat sejahtera.[sunting] Bubak KawahAcara perebutan alat-alat dapur untuk anak pertama.
Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera.
Tumplak punjenAcara awal untuk anak bungsu. Artinya segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir.

Mertui Orang tua pengantin perempuan menjemput orang tua pengantin laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Kedua ibu berjalan di muka, kedua ayah di belakang.

Orangtua pengantin pria duduk di sebelah kiri pasangan pengantin, dan sebaliknya.

Sungkemanm Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orangtua. Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria. Selama sungkeman, Pemaes mengambil keris dari pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi.Resepsi Pernikahan

Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga dilangsungkan.
sumber:
http://weddingklik.com/



PROSESI PERNIKAHAN ADAT PADANG






(Gambar di atas contoh Pelaminan Adat Minang- Des Iskandar)

Balutan nuansa syariat Islam sangat kental .Adat pernikahan orang Lubuak Jantan menurut pakar adat perkawinan daerah Tanah Datar, Nusye, sangat menjunjung syariat Islam dan kaya dengan filosofi.

"Dari warna-warna pakaian dan ornamen digunakan, jumlah untaian (setajuak) janur, sampai pakaian dan makanannya sarat makna Islami," jelasnya.Pelaminan khas Minang ala Lubuk Jantan ini bertaburkan kain bersulam benang emas.

(Kiri foto baju pengantin minang untuk adak daro)


Hitam begitu mendominasi sebagai warna yang mewakili kalangan datuk. Dalam adat pernikahan ini ads acara manyambuik marapulai, yakni prosesi adat yang dilaksanakan ketika mempelai pria (marapulai) datang dari mesjid setelah melakukan akad nikah.



Kebiasaan masyarakat Lubuak Jantan, lanjut Nusy, kerap melangsungkan pernikahan setelah shalat Jum'at. Dan ketika akad berlangsung pun mempelai wanita (anak daro) tidak mendampingi mempelai pria, melainkan menunggu di kediaman anak daro.Usai akad di mesjid, marapulai dengan diantar orang tuo dan ninik mamak (penghulu) mendatangi anak daro yang telah menanti kedatangan marapulai dengan mempersiapkan upacara adat prosesi manyambuik marapulai.





Musik Talempong (sejenis alat musik gamelan) terus dimainkan untuk mengisi jeda atau ketika menuju ke prosesi selanjutnya.Ketika marapulai dan keluarganya tiba di pintu kediaman anak daro (marapulai alah tibo), langsung disambut dengan Tari Gelombang sebagai tarian penyambut tamu dan petatah petitih (berbalas pantun) antara mintuo orang tua anak daro dan dibalas oleh mintuo orang tua marapulai (ibunda masing-masing mempelai). Inti dari petatah petitih ini adalah keluarga anak daro menerima kadatangan keluarga marapulai.

( Gambar diatas tari Persembahan)

Setalah itu Tari Persembahan yang dilakukan oleh beberapa penari perempuan mengiringi masuknya marapulai.

Marapulai belum bisa bersanding dengan anak daro di pelaminan sebelum mintuo marapulai (mertua mempelai pria) melakukan prosesi adat membasuah kaki, yaitu mintuo marapulai membersihkan kaki marapulai dengan air hingga tidak ada kotoran sedikitpun yang melekat, sebagai perlambang membersihkan kotoran (dosa) masa lalu.

Lalu marapulai berjalan di atas kain putih dalam keadaan bersih tidak berbekas, ini menandakan marapulai mendatangi anak daro dalam keadaan suci. Dalam prosesi adat ini, kedua mempelai bersanding dengan bersimpuh di lantai, tidak seperti pernikahan pada umumnya yang menggunakan kursi pelaminan.

Tari Piring pun disuguhkan sebagai bentuk kegembiraan dan untuk menghibur mempelai dan masyarakat yang hadir. Lalu acara dilanjutkan dengan acara makan bajamba. Terdapat sepasang setajuak yang terikat janur berjumlah 5 dan 6. Bila dijumlah menjadi sebelas, menandakan pengantin berasal dari keluarga bangsawan.

Kaki setajuak adalah ketan kuning dan satu lagi berisi sirih, kapur, dan pinang dibungkus saputangan bersulam emas. Juga terdapat sepasang jamba gadang yang ditutup saputangan bersulam emas. Salah satu jamba gadang tersebut berisi ketan kuning, ketan putih, ketam hitam, dan paniaram. Sedangkan yang lain berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Dihadapan kedua mempelai ada jamba (hidangan), dulang yang berisi nasi terdiri dari empat warna, ada kuning, putih, hitam, dan di atasnya ditutup dengan warna coklat sebagai pemersatu. Semuanya ini memiliki makna masing-masing.

Menurut Sekjen Masyarakat Peduli Pariwisata Sumatera Barat (MAPPAS), Hj. Nuraini B. Prabdanu, warna putih melambangkan alim ulama atau religius, lalu warna hitam perlambang datuak atau orang mempunyai derajat tinggi, sedangkan warna kuning untuk orang memiliki sifat cendekiawan atau orang yang pandai.Dibagian samping kiri dan kanan pelaminan di gelar sepra (kain putih) tempat menjamu para undangan.


Jamuan berupa kue dan makanan tradisional Minangkabau seperti lamang, tapek kucui, ketan tape, dan kolak pisang (sono) diisikan pada piring-piring kecil. Ada juga cirano yang berisi makanan sebagai persembahan bagi datuk desa lain


Dalam prosesi ini mempelai tidak saling menyuapi, tetapi masing-masing mempelai mengambil atau memilih jenis nasi yang hendak disuapnya. Apapun yang dipilih akan melambangkan sifat orangnya.

Acara ini disudahi dengan acara bajamba atau makan bersama. Pakaian pernikahan adat Minangkabau biasanya berwarna hitam ditaburi aura keemasan menyelimuti keseluruhan penampilan mempelai dengan sulaman emas pada baju kedua pengantin dan kain songket bertabur emas yang berornamen khas.

Baju kurung panjang dan kain sarung balapak merupakan busana anak daro pada umumnya. Hiasan pada kepala dan asesoris pendukung lainnya berupa belenggek ini terdiri dari 2 tingkat, yang pertama merupakan tanduk dari kain bersulam benang emas yang di atasnya dihiasi dengan tanduk emas atau dikenal dengan tengkuluk ameh.Pakaian marapulai biasanya adalah 'pakaian kebesaran adat' yang terdiri dari baju gadang basiba, sarawa (celana) guntiang ampek dan Beta atau hiasan kepala dilengkapi dengan serong serta karih (keris)

.Sumber: Majalah Travel Club


Klo menurut Ayah siy ga mesti semuanya di ikutin karna di padang ga mengenal istilah "Pamalik" hehehe... jadi untuk acara prosesi di gedung pada saat resepsi contohnya... Prosesi adat membasuh kaki dah hampir jarang dilakukan, kenapa? karena kan untuk tanda adat cukup di wakili dengan ornamen2 yg mendukung, musik tari2an... jadi fleksibel.

2 komentar:

phies mengatakan...

ayo Anna, ada adat Betawi-nya. Hehehe. Kan gue juga Betawi, hahaha. Kalo lo takut majang Ondel-Ondel, pajang gue aja (lho!?)

Sesuatu yang Indah mengatakan...

Sebenarnya pasangan wanitapadang dan pria betawi itu gmn ? dan katan ya berbeda bgt dari sifat artinnya berbeda latar belakang.