setelah menunggu 8 bulan.... akhirnya hasil tes pack itu muncul 2 garis.... hwaaaaa.... alhamdulillah, bermula dari si Aa yg nyuruh beli tes pack...sampai akhirnya tgl 15 november, hari minggu pagi, bangun mau sholat subuh coba deh tes...."was was... + deg2an....tp bismilahirohmanirahim aj"...loh muncul 2 garis tp yg 1 masiy samar2... tanganku lgng gemetar, duh ini bener ga ya?? sambil ngucek2 mata, aku lgsng bangunin Aa... Yaaaang bangun, ini garisnya ad dua..., si Aa bangun trus meratinn tes pack sambil membaca petunjuk penggunaan...lama2 2 garis itu makin jelas dan tegas warnanya... Positif sayang, cb km bc petunjuknnya...bgian "tdk perlu khawatir ttg warna yg muncul, warna garis dapat bervariasai tergantung kadar HCG masing2 org..bila yg muncul 2 garis maka 90% anda positif hamil".... Alhamdulillah...
krn hari itu hari minggu, dr. Tofan Widya Utami.Spog ( wanita berjilbab, baikkk banget lagi klo ngasiy penjelasan) yg biasa aku check up ga ad jadwal.... jd kita ber 2 ke RS Hasanah Graha Afiah (HGA) untuk tes Lab... biar lebih yakin sm hasilnya... dan alhamdulillah setelah menunggu sekitar 20 menit hasil tesnya keluar... yeeeeay Positif....ga sabar pingin ketemu dokter deh.. mau tanya banyak hal....
hari jumatnya, 20 Nov 2009...dgn ga sabar ga ngantor dan langsung cek ke dokter, krn jam kerja jd yg nemenin mamah hehehe... hanya saja dr. Tofan masiy cuti... gpp deh sementara sm dokter perempuan yg lain aj, kan insyaallah sm bagusnya...setelah ketemu dokter d usg, dah keliatan kantong kehamilannya, di kasiy asam folat (folavit) untuk pembentukan otak janin... di jadwalin kembali kontrol bln dpn... huehehehe emg dasarnya anak muda ga sabaran ya... seminggu setelahnya pingin ke dokter lgi..., tp bukan cuma buat ketemu dr.tofan tp aku sempet ngalamin sakit kepala uuuh ga bisa d jelasin sm kata2 deh, di tambah mual2 dan muntah..., jadilah Aa yg ganteng itu menemani aku ke HGA lagi sabtu, 28 november 2009...sm dokter tofan, di tambahin vitamin folamil genio, dan obat in case mual/muntah2 lagi... klo untuk pusing... katanya panadol biru aj aman untuk ibu hamil....dokter yg baik itu menjelaskan... kira2 ukurannya dah 1,75mm niy pak... usia janin sekitar 4,5 minggu ( usia janin itu = usia kehamilan-2minggu)... letaknya di dlm kandungan... kondisi baik jd ga perlu pakai obat penguat kandungan, hanya sj di jaga kesehatan dan pola mkn yg teratur supaya mengurangi mual dan muntah....
tips untuk mengurangi mual dan muntah buat trimester pertama... tipa pagi dan mau tidur mlm... minum teh manis hangat(gulanya dikit aj) sm mkn krekes/biskuit....
besok aku dah masuk minggu ke 8 niy, senangnya... kira2 usia janin -/+6 minggu, ga sabar deh menunggu kontrol berikutnya... di jadwalin siy tgl 26 des.09... saat itu kira2 usia kehamilanku dah 11 minggu dan usia janin -/+ 9 minggu.... mudah2an dah keliatan ya pas d USG lagi...semoga aku dan calon baby selalu d berikan kesehatan oleh Allah SWT dari awal kehamilan ini sampai nti tiba saatnya persalinan di mudahkan dan di lancarkan, dan khususnya aku berdoa semoga Allah SWT menciptakan dan membentuknya dgn sempurna, rupawan,cerdasa, pintar, berakal, sehat lahir & batin, di berikan umur yg panjang, di jadikan anak yg soleh dan berbhakti kepada org tua, brguna bagi masyarakat dan agama.. dijadikan golongan org yg soleh amin ya rabbal alamin... Allah Maha Mendengar dan mengabulkan doa hamba2nya amin.
Selasa, 01 Desember 2009
Kamis, 30 Juli 2009
jam baru.....
akhirnya.... aku beli jam pink juga, makasiy ya suamiku....proses pembelian jamnya juga spontan, kebetulan liat di internet eh kok naksir ya... blg sm misua... d acc... langsung transfer...alhamdulillah ga kecewa cos barangnya sampenya cepet pesennya hari rabu, kamis pagi dah ad d meja kantor... yiiipy...semoga awet... hehehe belanja on line asik juga, asalkan membeli dari tpt yg terpercaya...
Selasa, 23 Juni 2009
Nafkah ekslusif
Tulisan ini di e-mail kan pada saya dari salah seorang teman, yang rasanya wajib dibaca oleh para istri, apalagi suami. Biar bisa sama2 belajar adil, hehe…
tapi dlm kondisi tiap2 keluarga d dunia pastinya ga ad yg sama, semuanya kembali ke masing2 individu bagaimana menerapkannya, alhamdulillah...suami aku pengertian dlm hal ini, mudah2an Allah memberikan rezki yg berkah dan halal buat kita ya cinta...luv you..
Silakan disimak…
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Ustad sering membahas tentang harta Isteri, tapi saya belum menemukan jawaban tentang harta yang mana yang dimaksud dengan Harta Isteri? Apakah penghasilan selama bersuami juga dianggap harta Isteri dan suami tidak punya hak atas harta tersebut?
Wassalam
VB
Kimunk
Jawaban
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Harta isteri adalah harta milik isteri, baik yang dimiliki sejak sebelum menikah, atau pun setelah menikah. Harta isteri setelah menikah yang terutama adalah dari suami dalam bentuk nafaqah (nafkah), selain juga mungkin bila isteri itu bekerja atau melakukan usaha yang bersifat bisnis.
Khusus masalah nafkah, sebenarnya nafkah sendiri merupakan kewajiban suami dalam bentuk harta benda untuk diberikan kepada isteri. Segala kebutuhan hidup isteri mulai dari makanan, pakaian dan tempat tinggal, menjadi tanggungan suami.
Dengan adanya nafkah inilah kemudian seorang suami memiliki posisi qawam (pemimpin) bagi isterinya, sebagaimana firman Allah SWT:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa’: 34)
Namun yang seringkali terjadi, sebagian kalangan beranggapan bahwa nafkah suami kepada isteri adalah biaya kehidupan rumah tangga saja. Pemandangan sehari-harinya adalah suami pulang membawa amplop gaji, lalu semua diserahkan kepada isterinya.
Cukup atau tidak cukup, pokoknya ya harus cukup. TInggallah si isteri pusing tujuh keliling, bagaimana mengatur dan menyusun anggaran belanja rumah tangga. Kalau isteri adalah orang yang hemat dan pandai mengatur pemasukan dan pengeluaran, suami tentu senang.
Yang celaka, kalau isteri justru kacau balau dalam memanaje keuangan. Alih-alih mengatur keuangan, yang terjadi justru besar pasak dari pada tiang. Ujung-ujungnya, suami yang pusing tujuh keliling mendapati isterinya pandai membelanjakan uang, plus hobi mengambil kredit, aktif di arisan dan berbagai pemborosan lainnnya.
Padahal kalau kita kembalikan kepada aturan asalnya, yang namanya nafkah itu lebih merupakan ‘gaji’ atau honor dari seorang suami kepada isterinya. Sebagaimana ‘uang jajan’ yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya.
Adapun kebutuhan rumah tangga, baik untuk makan, pakaian, rumah, listrik, air, sampah dan semuanya, sebenarnya di luar dari nafkah suami kepada isteri. Kewajiban mengeluarkan semua biaya itu bukan kewajiban isteri, melainkan kewajiban suami.
Kalau suami menitipkan amanah kepada isterinya untuk membayarkan semua biaya itu, boleh-boleh saja. Tetapi tetap saja semua biaya itu belum bisa dikatakan sebagai nafkah buat isteri. Sebab yang namanya nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya menjadi milik isteri.
Kira-kira persis dengan nafkah di awal sebelum terjadinya akad nikah, yaitu mahar atau maskawin. Kita tahu bahwa sebuah pernikahan diawali dengan pemberian mahar atau maskawin. Dan kita tahu bahwa mahar itu setelah diserahkan akan menjadi sepenuhnya milik isteri.
Suami sudah tidak boleh lagi meminta mahar itu, karena mahar itu statusnya sudah jadi milik isteri. Kalau seandainya isteri dengan murah hati lalu memberi sebagian atau seluruhnya harta mahar yang sudah 100% menjadi miliknya kepada suaminya, itu terserat kepada dirinya. Tapi yang harus dipastikan adalah bahwa mahar itu milik isteri.
Sekarang bagaimana dengan nafkah buat isteri?
Kalau kita mau sedikit cermat, sebenarnya dan pada hakikatnya, yang disebut dengan nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya diberikan buat isteri. Dan kalau sudah menjadi harta milik isteri, maka isteri tidak punya kewajiban untuk membiayai penyelenggaraan rumah tangga. Nafkah itu ‘bersih’ menjadi hak isteri, di luar biaya makan, pakaian, bayar kontrakan rumah dan semua kebutuhan sebuah rumah tangga.
Mungkin Anda heran, kok segitunya ya? Kok matre’ banget sih konsep seorang isteri dalam Islam?
Jangan heran dulu, kalau kita selama ini melihat para isteri tidak menuntut nafkah ‘eksklusif’ yang menjadi haknya, jawabnya adalah karena para isteri di negeri kita ini umumnya telah dididik secara baik dan ditekankan untuk punya sifat qana’ah.
Saking mantabnya penanaman sifat qana’ah itu dalam pola pendidikan rumah tangga kita, sampai-sampai mereka, para isteri itu, justru tidak tahu hak-haknya. Sehingga mereka sama sekali tidak mengotak-atik hak-haknya.
Memandang fenomena ini, salah seorang murid di pengajian nyeletuk, “Wah, ustadz, kalau begitu hal ini perlu tetap kita rahasiakan. Jangan sampai isteri-isteri kita sampai tahu kalau mereka punya hak nafkah seperti itu.”
Yang lain menimpali, “Setuju stadz, kalau sampai isteri-isteri kita tahu bahwa mereka punya hak seperti itu, kita juga ntar yang repot nih ustadz. Jangan-jangan nanti mereka tidak mau masak, ngepel, nyapu, ngurus rumah dan lainnya, sebab mereka bilang bahwa itu kan tugas dan kewajiban suami. Wah bisa mejret nih kita-kita, ustadz.”
Yang lain lagi menambahi, “Benar ustadz, bini ane malahan sudah tahu tuh masalah ini. Itu semua kesalahan ane juga sih awalnya. Sebab bini ane tuh, ane suruh kuliah di Ma’had A-Hikmah di Jalan Bangka. Rupanya materi pelajarannya memang sama ame nyang ustadz bilang sekarang ini. Cuman bini ane emang nggak tiap hari sih begitu, kalo lagi angot doang.”
“Tapi kalo lagi angot, stadz, bah, ane jadi repot sendiri. Tuh bini kagak mao masak, ane juga nyang musti masak. Juga kagak mau nyuci baju, ya udah terpaksa ane yang nyuciin baju semua anggota keluarga.Wii, pokoknya ane jadi pusing sendiri karena punya bini ngarti syariah.”
Menjawab ‘keluhan’ para suami yang selama ini sudah terlanjur menikmati ketidak-tahuan para isteri atas hak-haknya, kami hanya mengatakan bahwa sebenarnya kita sebagai suami tidak perlu takut. Sebab aturan ini datangnya dari Allah juga. Tidak mungkin Allah berlaku berat sebelah.
Sebab Allah SWT selain menyebutkan tentang hak-hak seorang isteri atas nafkah ‘eksklusif’, juga menyebutkan tentang kewajiban seorang isteri kepada suami. Kewajiban untuk mentaati suami yang boleh dibilang bisa melebihi kewajibannya kepada orang tuanya sendiri.
Padahal kalau dipikir-pikir, seorang anak perempuan yang kita nikahi itu sejak kecil telah dibiayai oleh kedua orang tuanya. Pastilah orang tua itu sudah keluar biaya besar sampai anak perawannya siap dinikahi. Lalu tiba-tiba kita kita datang melamar si anak perawan itu begitu saja, bahkan kadang mas kawinnya cuma seperangkat alat sholat tidak lebih dari nilai seratus ribu perak.
Sudah begitu, dia diwajibkan mengerjakan semua pekerjaan kasar layaknya seorang pembantu rumah tangga, mulai dari shubuh sudah bangun dan memulai semua kegiatan, urusan anak-anak kita serahkan kepada mereka semua, sampai urusan genteng bocor. Sudah capek kerja seharian, eh malamnya masih pula ‘dipakai’ oleh para suaminya.
Jadi sebenarnya wajar dan masuk akal kalau untuk para isteri ada nafkah ‘eksklusif’ di mana mereka dapat hak atas ‘honor’ atau gaji dari semua jasa yang sudah mereka lakukan sehari-hari, di mana uang itu memang sepenuhnya milik isteri. Suami tidak bisa meminta dari uang itu untuk bayar listrik, kontrakan, uang sekolah anak, atau keperluan lainnya.
Dan kalau isteri itu pandai menabung, anggaplah tiap bulan isteri menerima ‘gaji’ sebesar sejuta perak yang utuh tidak diotak-atik, maka pada usia 20 tahun perkawinan, isteri sudah punya harta yang lumayan 20 x 12 = 240 juta rupiah.
Lumayan kan?
Nah hartai tu milik isteri 100%, karena itu adalah nafkah dari suami. Kalau suami meninggal dunia dan ada pembagian harta warisan, harta itu tidak boleh ikut dibagi waris. Karena harta itu bukan harta milik suami, tapi harta milik isteri sepenuhnya. Bahkan isteri malah mendapat bagian harta dari milik almarhum suaminya lewat pembagian waris.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
sumber: http://eramuslim.com/ustadz/eki/8724002110-harta-isteri-manakah.htm
tapi dlm kondisi tiap2 keluarga d dunia pastinya ga ad yg sama, semuanya kembali ke masing2 individu bagaimana menerapkannya, alhamdulillah...suami aku pengertian dlm hal ini, mudah2an Allah memberikan rezki yg berkah dan halal buat kita ya cinta...luv you..
Silakan disimak…
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Ustad sering membahas tentang harta Isteri, tapi saya belum menemukan jawaban tentang harta yang mana yang dimaksud dengan Harta Isteri? Apakah penghasilan selama bersuami juga dianggap harta Isteri dan suami tidak punya hak atas harta tersebut?
Wassalam
VB
Kimunk
Jawaban
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Harta isteri adalah harta milik isteri, baik yang dimiliki sejak sebelum menikah, atau pun setelah menikah. Harta isteri setelah menikah yang terutama adalah dari suami dalam bentuk nafaqah (nafkah), selain juga mungkin bila isteri itu bekerja atau melakukan usaha yang bersifat bisnis.
Khusus masalah nafkah, sebenarnya nafkah sendiri merupakan kewajiban suami dalam bentuk harta benda untuk diberikan kepada isteri. Segala kebutuhan hidup isteri mulai dari makanan, pakaian dan tempat tinggal, menjadi tanggungan suami.
Dengan adanya nafkah inilah kemudian seorang suami memiliki posisi qawam (pemimpin) bagi isterinya, sebagaimana firman Allah SWT:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa’: 34)
Namun yang seringkali terjadi, sebagian kalangan beranggapan bahwa nafkah suami kepada isteri adalah biaya kehidupan rumah tangga saja. Pemandangan sehari-harinya adalah suami pulang membawa amplop gaji, lalu semua diserahkan kepada isterinya.
Cukup atau tidak cukup, pokoknya ya harus cukup. TInggallah si isteri pusing tujuh keliling, bagaimana mengatur dan menyusun anggaran belanja rumah tangga. Kalau isteri adalah orang yang hemat dan pandai mengatur pemasukan dan pengeluaran, suami tentu senang.
Yang celaka, kalau isteri justru kacau balau dalam memanaje keuangan. Alih-alih mengatur keuangan, yang terjadi justru besar pasak dari pada tiang. Ujung-ujungnya, suami yang pusing tujuh keliling mendapati isterinya pandai membelanjakan uang, plus hobi mengambil kredit, aktif di arisan dan berbagai pemborosan lainnnya.
Padahal kalau kita kembalikan kepada aturan asalnya, yang namanya nafkah itu lebih merupakan ‘gaji’ atau honor dari seorang suami kepada isterinya. Sebagaimana ‘uang jajan’ yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya.
Adapun kebutuhan rumah tangga, baik untuk makan, pakaian, rumah, listrik, air, sampah dan semuanya, sebenarnya di luar dari nafkah suami kepada isteri. Kewajiban mengeluarkan semua biaya itu bukan kewajiban isteri, melainkan kewajiban suami.
Kalau suami menitipkan amanah kepada isterinya untuk membayarkan semua biaya itu, boleh-boleh saja. Tetapi tetap saja semua biaya itu belum bisa dikatakan sebagai nafkah buat isteri. Sebab yang namanya nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya menjadi milik isteri.
Kira-kira persis dengan nafkah di awal sebelum terjadinya akad nikah, yaitu mahar atau maskawin. Kita tahu bahwa sebuah pernikahan diawali dengan pemberian mahar atau maskawin. Dan kita tahu bahwa mahar itu setelah diserahkan akan menjadi sepenuhnya milik isteri.
Suami sudah tidak boleh lagi meminta mahar itu, karena mahar itu statusnya sudah jadi milik isteri. Kalau seandainya isteri dengan murah hati lalu memberi sebagian atau seluruhnya harta mahar yang sudah 100% menjadi miliknya kepada suaminya, itu terserat kepada dirinya. Tapi yang harus dipastikan adalah bahwa mahar itu milik isteri.
Sekarang bagaimana dengan nafkah buat isteri?
Kalau kita mau sedikit cermat, sebenarnya dan pada hakikatnya, yang disebut dengan nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya diberikan buat isteri. Dan kalau sudah menjadi harta milik isteri, maka isteri tidak punya kewajiban untuk membiayai penyelenggaraan rumah tangga. Nafkah itu ‘bersih’ menjadi hak isteri, di luar biaya makan, pakaian, bayar kontrakan rumah dan semua kebutuhan sebuah rumah tangga.
Mungkin Anda heran, kok segitunya ya? Kok matre’ banget sih konsep seorang isteri dalam Islam?
Jangan heran dulu, kalau kita selama ini melihat para isteri tidak menuntut nafkah ‘eksklusif’ yang menjadi haknya, jawabnya adalah karena para isteri di negeri kita ini umumnya telah dididik secara baik dan ditekankan untuk punya sifat qana’ah.
Saking mantabnya penanaman sifat qana’ah itu dalam pola pendidikan rumah tangga kita, sampai-sampai mereka, para isteri itu, justru tidak tahu hak-haknya. Sehingga mereka sama sekali tidak mengotak-atik hak-haknya.
Memandang fenomena ini, salah seorang murid di pengajian nyeletuk, “Wah, ustadz, kalau begitu hal ini perlu tetap kita rahasiakan. Jangan sampai isteri-isteri kita sampai tahu kalau mereka punya hak nafkah seperti itu.”
Yang lain menimpali, “Setuju stadz, kalau sampai isteri-isteri kita tahu bahwa mereka punya hak seperti itu, kita juga ntar yang repot nih ustadz. Jangan-jangan nanti mereka tidak mau masak, ngepel, nyapu, ngurus rumah dan lainnya, sebab mereka bilang bahwa itu kan tugas dan kewajiban suami. Wah bisa mejret nih kita-kita, ustadz.”
Yang lain lagi menambahi, “Benar ustadz, bini ane malahan sudah tahu tuh masalah ini. Itu semua kesalahan ane juga sih awalnya. Sebab bini ane tuh, ane suruh kuliah di Ma’had A-Hikmah di Jalan Bangka. Rupanya materi pelajarannya memang sama ame nyang ustadz bilang sekarang ini. Cuman bini ane emang nggak tiap hari sih begitu, kalo lagi angot doang.”
“Tapi kalo lagi angot, stadz, bah, ane jadi repot sendiri. Tuh bini kagak mao masak, ane juga nyang musti masak. Juga kagak mau nyuci baju, ya udah terpaksa ane yang nyuciin baju semua anggota keluarga.Wii, pokoknya ane jadi pusing sendiri karena punya bini ngarti syariah.”
Menjawab ‘keluhan’ para suami yang selama ini sudah terlanjur menikmati ketidak-tahuan para isteri atas hak-haknya, kami hanya mengatakan bahwa sebenarnya kita sebagai suami tidak perlu takut. Sebab aturan ini datangnya dari Allah juga. Tidak mungkin Allah berlaku berat sebelah.
Sebab Allah SWT selain menyebutkan tentang hak-hak seorang isteri atas nafkah ‘eksklusif’, juga menyebutkan tentang kewajiban seorang isteri kepada suami. Kewajiban untuk mentaati suami yang boleh dibilang bisa melebihi kewajibannya kepada orang tuanya sendiri.
Padahal kalau dipikir-pikir, seorang anak perempuan yang kita nikahi itu sejak kecil telah dibiayai oleh kedua orang tuanya. Pastilah orang tua itu sudah keluar biaya besar sampai anak perawannya siap dinikahi. Lalu tiba-tiba kita kita datang melamar si anak perawan itu begitu saja, bahkan kadang mas kawinnya cuma seperangkat alat sholat tidak lebih dari nilai seratus ribu perak.
Sudah begitu, dia diwajibkan mengerjakan semua pekerjaan kasar layaknya seorang pembantu rumah tangga, mulai dari shubuh sudah bangun dan memulai semua kegiatan, urusan anak-anak kita serahkan kepada mereka semua, sampai urusan genteng bocor. Sudah capek kerja seharian, eh malamnya masih pula ‘dipakai’ oleh para suaminya.
Jadi sebenarnya wajar dan masuk akal kalau untuk para isteri ada nafkah ‘eksklusif’ di mana mereka dapat hak atas ‘honor’ atau gaji dari semua jasa yang sudah mereka lakukan sehari-hari, di mana uang itu memang sepenuhnya milik isteri. Suami tidak bisa meminta dari uang itu untuk bayar listrik, kontrakan, uang sekolah anak, atau keperluan lainnya.
Dan kalau isteri itu pandai menabung, anggaplah tiap bulan isteri menerima ‘gaji’ sebesar sejuta perak yang utuh tidak diotak-atik, maka pada usia 20 tahun perkawinan, isteri sudah punya harta yang lumayan 20 x 12 = 240 juta rupiah.
Lumayan kan?
Nah hartai tu milik isteri 100%, karena itu adalah nafkah dari suami. Kalau suami meninggal dunia dan ada pembagian harta warisan, harta itu tidak boleh ikut dibagi waris. Karena harta itu bukan harta milik suami, tapi harta milik isteri sepenuhnya. Bahkan isteri malah mendapat bagian harta dari milik almarhum suaminya lewat pembagian waris.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
sumber: http://eramuslim.com/ustadz/eki/8724002110-harta-isteri-manakah.htm
Kamis, 14 Mei 2009
I'll have it soon baby...
Lg iseng mau makan siang, eh teringat sm si pink ini...
Jam....
Hmmm..., klo kita beli jam itu liat apanya? beli karena butuh "informasi waktunya" atau beli karena bentuknya... well I guess both of it, is a must...dan karena warnanya pink....
nah jam baby-g ini yg gw pingin ...
wish I can have it soon baby, soon.. hehehe
Jam....
Hmmm..., klo kita beli jam itu liat apanya? beli karena butuh "informasi waktunya" atau beli karena bentuknya... well I guess both of it, is a must...dan karena warnanya pink....
nah jam baby-g ini yg gw pingin ...
wish I can have it soon baby, soon.. hehehe
Kamis, 07 Mei 2009
Ganti Status, Syapa bilang nikah itu ga asik...heheheh
Dimulai dengan Bismillahirohmannirrahim... Alhamdulillah, sekarang dah ganti status niy, dah jd Mrs. Fajar... hehehe, klo buat penulisan nama kynya pake "Aissya Achmad" lebih enak d denger ya...
Menikah itu ternyata asik... upps, jgn mikir yg "nga2" ya... hehehe asiknya itu, sekarang kemana2 ada yg nemenin.. trus juga kita sama2 berbagi hoby, contohnya ky gw yg tiba2 keracunan nonton MU dan mengoleksi pernak-perniknya... hehehe, tp seru, cos tiap hari ga ad yg membosankan, klo cape kerja, bt dgn aktifitas hari2an yg cm gitu2 aj, pas pulang ketemu suami... hehehe jadi seneng cuma ngobrol ngalor ngidul aj dah ngobatin setres..makan bareng apapun yg dimakan ber dua jadi enak deh rasanya... apa karena lg anget2nya ya hehehe pengantin baru...
ya gw berharap Insyaallah tiap hari kita selalu begini, cos buat gw, dy itu bukan cuma suami, tp juga sahabat, saudara, dan pacar...kenapa pacar? soalnya klo kita ngerasa masiy ky pacaran trus... suasananya jd lebih santai, bedanya pacar kita ini... tapi pas kita bangun tidur pagi2 eh dy tidur d sebelah kita hahahaha.
marah2an kecil, ada lah tapi lebih karena sifat gw yg manja, dan dy yg kadang jail hehehe... dan penyesuaian kebiasaan hidup aj, itu jadi bumbu2.... alhamdulillah ga pernah lama diem2an...
oiya setelah menikah gw jd punya aktifitas baru.. yaitu menunggu suami pulang, kenapa? coz gw yg ngatur makanan ap yg akan kita mkn tuk mlm ini... gw jd lebih kreatif tuk buatin minuman & makanan, nyiapin baju gantinya..., merapihkan kamar... dan satu lagi... jam bangun pagi jadi lebih teratur hehehe karna gw harus bangun lebih awal, "maklum lah perempuan mandinya lama" hehhehehe jadi biar berangkat kantor ga tlat, gw dpt jadwal mandi pertama, sholat, rapi2 trus baru deh bangunin suami tercinta....sambil nunggu dy rapi2 gw siapin baju kerja dan sarapan seadanya "versi sarapan kita" tuk saat ini...
bersyukur juga kita ngekos d deket kantor, dan bayar/ blnnya dan include laundry... jd gw ga kecapean plg kerja mesti nyuci baju dulu, dan ga khawatir keabisan baju kerja... bersyukur banget gw menikah sm teman kecil...gy dah tau banget gimana gw, dan dy ga pernah mengeluh apapun ttg sarapan ataupun makan mlm kita... what could I ask for more...I'm happy and I loved him so much..
Langganan:
Postingan (Atom)